‘Ini aku berhasil masuk
ke jaringan adistie’ Tovan dengan
menunjukan laptopnya yang entah aku gak tau dengan isi yang ada ditampilan
laptopnya. Aku mengangguk saja seakan mengerti dengan apa yang ditunjukan oleh
Tovan. Tovan yang sedang sambil merokok ia mentup panggilan video dengan
mengatakan setengah jam lagi aku
ketempatmu.
Ramainya Ibu kota di hari senin awal kerja terlihat begitu
sibuk, stasiun penuh dengan orang, KRL sampai berdesak desakan dengan paksa, di
jalan suara klakson kendaraan saling bersautan satu dengan lainya jalanan
begitu padet.
Jam di dinding terus berputar alunan music terus berputar,
pagi hari yang seharusnya sibuk dengan urusan kerja di kantor selayaknya orang
pada umumnya, aku duduk disofa menunggu Tovan yang akan memberikan sebuah
flasdisk yang berisi sebuah perangkat aplikasi untuk masuk mengunduh file dalam
adistie.
Hand phone yang terletak diatas meja berbunyi sebuah pesan
masuk, pesan dari Tovan bahwa dia sudah tiba di loby, dengan singkat aku balas ok bergegas aku turun ke loby untuk
jemput Tovan, tinggal di Apartemen yang mengharuskan menggunakan kartu akses
untuk masuk.
‘Kau udah hubungi Azram
belum, Di??’
‘Belum, Van’
‘Hubungi dia’
‘Ok’ kami keluar dari lift dan berjalan menuju pojok, tempat
dimana aku tinggal di apartemen ini.
Hari ini akan sibuk dengan urusan yang sedikit rumit
berurusan dengan seorang yang mencoba merusak jaringan internet, mencoba untuk
membuat sebuah senjata peluncuran untuk menguras perusahaan di negeri ini dan
mencoba membuat sebuah virus.
Azram pun aku telpon dan ia segera menuju apartemen, yang
hanya berjarak seberang jalan hingga ia pun cepat sampai hanya dengan jalan
kaki.
‘Ini nih semaleman aku
gak tidur ngotak atik biar bisa masuk ke adistie, ini sebenernya udah masuk cuma
untuk melakukan pengunduhan harus dilakukan dalam jarak yang berdekatan’. Dengan jari yang menunjukan ke laptop Tovan memberikan
penjelasan. Sungguh ini sebenernya aku gak tau, dan aku akui hebat juga si
Tovan dia bisa teknologi.
‘Terus ini gimana? Kita
harus ke lokasi nya yang di Indramayu sana?? Kita harus ke…. Oohhh jangan
bilang kami harus ke Indramayu, Van’. Dengan
tatapan yang menunjukan kemalasanya Azram mengalihkan pandanganya ke Aku yang
sedang membuat kopi.
Dia gak mau ke Indramayu karena pacarku orang Indramayu,
dia pernah dua kali ke Indramayu dan dia aku tinggal di rumah Haris.
‘Santai Zram, kau ini
kalo denger nama yang berkaitan dengan cewek langsung gitu’.
‘Aku kapok sama Adi,
aku ditinggal di rumah Haris udah gitu Haris sama pacarnya, sebagai single man
aku merasa diri ini tak punya kekuatan mutan’. Muka Azram menunduk dengan acting seakan dirinya seorang
single yang ngenes.
‘Taeekk kau, Zram’. Aku lempar sebatang rokok kemuka dia, yang kemudian ia
sok kaget melompat dan parahnya kepalanya mengenai lampu hingga pecah lampunya.
‘Kalian gak perlu ke
Indramayu, karena semalem mereka ke Jakarta dan dari obrolan mereka dengan
seorang yang di Jakarta, entah aku gak tau siapa orang ini, ia bilang mereka
bertemu di stasiun Gondangdia jam 11.00. kalian tak perlu juga datang langsung
karena itu bisa kacau’.
‘Terus??’
‘untuk ke Gondangdia
Agung menggunkan KRL jadi kalian ke Manggarai naik kereta jurusan Bekasi,
karena kan Agung dari Jatinegara jadi pas kereta kalian berpapasan kalian
tinggal klik ini’. Tovan sambil
memnunjukan tanda yang harus di klik pada hp yang sedang terhubung dengan
laptop menggunkan kabel data.
‘Gimana kami bisa tau
nanti pas kereta berpapasan??’ kata
Azram yang sambil membolak balikan telur yang ia goreng dan mengatakan ooohhh
nikmatnya ini telur.
‘Nanti aku pandu dari
sini, semua sudah aku retas hanya satu untuk mengunduh harus dalam jarak
maksimal 23 meter, cuma untuk konek, klik setelah itu pengunduhan bisa
dilakukan dengan jarak berapa pun kilometer tak masalah’.
Jarum menunjukan pukul 09.00 alunan music Linkin Park pun
masih berputar. Tovan masih sibuk dengan laptopnya, sedangkan Azram menikmati
rokoknya. Dan kerena sudah semakin mendekati pukul 11.00 aku dan Azram turun
dari Apartemen yang dari lantai 6. Kami berjalan ke Stasiun Duren kalibata. Kartu
kami ambil dari dompet kami tap dan masuk yang kebetulan kereta jurusan Angke
sudah mau masuk, tak perlu menunggu kami masuk kereta menuju Stasiun Manggarai.
‘Kau kok bawa tas, tas gede pula yang kau bawa, Di. Emang kita
mau mudik, kurang kerjaan banget kau ini’.
‘Lha kau baru nyadar kalo aku bawa tas?, hahaaa Zram oalah
makanya cepetan dapet pacar lagi biar gak apa-apa bengong gak konsen’.
‘Sialan kau ini, emang kau bawa apa sih?’
‘Kau mau tau?’. Tanyaku dengan serius. Kereta berhenti
sampai stasiun Tebet. ‘Nihh’ aku membuka tasku dan menunjukan isi tasku ke
Azram.
‘Senjata???’. Kaget Azram dengan suara yang keras ‘ Edaannn
kau Dii’ dia memelankan suaranya. ‘Kau dapet dari mana itu pistol? Itu model
yang….’
‘Iya ini’.
‘Gila kau kapan masukanya, kapan ngambilnya, Di??’
‘Kan udah aku bilang kau itu makanya dapet pacar baru biar
jadi fokus’. Dan terdengar suara operator kereta yang memberi tahu bahwa kereta
akan tiba di stasiun Manggarai. Kami pun bergegas turun saat pintu otomatis
terbuka.
Suasana Stasiun begitu ramai, banyak orang yang berlalu
lalang naik turun kereta. Sambil menunggu aba-aba dari Tovan kami makan Roti O
sambil minum air mineral untuk mengisi sedikit kekosongan hati ini.
Kereta jurusan Bekasi pun tiba setelah operator bilang
untuk memberi tahu para penumpang yang akan menuju Bekasi. Dalam ini aku
berpikiran mungkin kerja orang ini enak juga cuma ngomong aja setiap kali
kereta akan masuk ke Stasiun. Azram terlihat begitu menik mati rotinya.
Di Apartemen Tovan masih sibuk dengan laptopnya, ia
memantau perjalanan Agung. Dengan masuk ke system Tovan bisa memantau laptop
Agung kemanapun laptop itu berada. Dengan mata yang mulai mengantuk berat Tovan
mencoba menahan nagntuknya dengan menikmati rokok dan secangkir kopi
disebelahnya. Terlihat di laptop Agung sudah berada di Stasiun Bekasi Tovan
mengambil hand phonenya menghubungi kami yang sedang berdiri melihat kanan kiri
yang begitu banyak dengan orang.
Kereta jurusan Bekasi sudah memasuki jalur, kami segera
masuk.
‘Eh, Dii. Kau bawa senjata emang buat apa? Apa akan ricuh
kah kek waktu kita di Malang?’.
‘Enggak, ini mah cuma buat jaga-jaga, biar keren aja’.
Tanda titik merah di ponsel mulai mendekat, dengan seksama
aku perhatikan tanda merah tersebut yang disitu juga tertera jaraknya. Setelah melewati
Stasiun Cakung kereta kami berpapasan, dan Klik saat tanda merah berjejer dalam
dua setengah detik. Tanda pengunduhan file pun muncul yang berarti pengunduhan
akan segera sukses, pengunduhan memerlukan waktu 20 menit.